Perbedaan Takwil dan Tafwidh

PENGERTIAN TAKWIL DAN TAFWIDL

Assalamu'alaikum wr. wb.
Segala puji bagi pencipta manusia, bumi, langit dan seluruh semesta. Ia mencipta tanpa didahului pola apapun.
Sholawat dan salam teruntuk Baginda Nabi pembawa ajaran suci. Serta keluarga, sahabat dan umatnya yang mengikuti jejak langkahnya
Perbedaan Takwil dan Tafwidh

Takwil dan Tafwidl,- adalah diantara pendapat yang sering menjadi perdebatan di antara ulama, terutama ulama kholaf dan salaf. Mereka berbeda pendapat mengenai ayat-ayat yang disebut mutasyabihat ialah yang memiliki arti banyak. 
Penjelasan berikut tentang bait kitab Jauharotu at-Tauhid, yaitu:
وَكُلُّ نَصٍّ أوْهَمَ التَّشْبِيْهَا # أّوِّلْهُ أَوْ فَوِّضْهُ وَ رُمْ تَنْزِيْهًا
“Setiap teks yang mengesankan persamaan # Interpretasikan / serahkanlah maknanya pada Alloh tapi harus disertai maksud membersihkan Alloh”
Yang dimaksud dengan kata نَصٌّ pada bait ini adalah lawan dari قِيَاسٌ. Karena pengertian نَصُّ ada dua macam:
1. Nash kebalikan dari qiyas
Dalam pengertian ini, maka nash berarti makna tersurat (teks) sedangkan  qiyas adalah makna tersirat (konteks). Seperti dalam Al-Qur’an:
وَلاَ تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ
Janganlah kamu mengatakan “ah!” pada kedua orang tua!
Pengertiannya secara tekstual / tersurat (نَصٌّ) hanya meliputi larangan mengatakan “ah!” pada kedua orang tua, tidak mencakup memukul, memarahi dan lain sebagainya. Namun jika pengertiannya secara kontekstual / tersirat (قِيَاس), maka memukul dan memarahi pun termasuk pada ayat tersebut.

2. Nash kebalikan dari dhohir
Dalam pengertian ini, maka nash ialah teks yang tidak memiliki alternatif makna lain, seperti: لاَإله إلاَّ اللهُ, menunjukkan bahwa tiada lagi makna lain selain pernyataan bahwa tuhan itu hanya Alloh. 
Sedangkan dhohir / muawwal ialah teks yang memiliki beberapa alternatif makna. Seperti:
 وَالـمُطَلَّقَاتُ يَتَرَبَّصْنَ بِأَنْفُسِهِنَّ ثَلاَثَةَ قُرُوْءٍ
Karena berdasarkan indikasi-indikasi lain, kata قُرُوْء sekurang-kurangnya memiliki dua makna; حَيْضٌ (haidl) dan طَاهِرٌ (suci)

Jika dalam teks Al-Qur’an dan Hadits yang mengesankan ada persamaan Alloh dengan makhluq-Nya, seperti:
a. yang mengesankan arah (جِهَةٌ) bagi Alloh:
يَخَافُوْنَ رَبَّهُمْ مِنْ فَوْقِهِمْ
"mereka takut kepada tuhan mereka di atas mereka”
الرَّحْمنُ عَلَى العَرْشِ اسْتَوَى
“Ar-Rohman (Alloh) ‘duduk’ di atas singgasana”

b. yang mengesankan fisik (جِسْمِيَةٌ) bagi Alloh:
يَدُ اللهِ فَوْقَ أيْدِيْهِمْ
"Tangan Allah di atas tangan mereka"

c. yang mengesankan anggota badan (جَوَارِحُ) bagi Alloh:
يَدُ اللهِ فَوْقَ أيْدِيْهِمْ
“‘Tangan’ Alloh ada di atas tangan mereka”

Maka, untuk menyucikan Alloh dari kesan-kesan tersebut, karena memang Alloh bersifat الـمُخَالَفَةُ لِلْحَوَادِثِ (berbeda dengan makhluq-Nya), ulama Ahlussunnah Wal-Jama’ah memberikan dua solusi:
a. أوِّلْهُ (التَأوِيْلٌ / التَّفْسِيْرُ; (menginterpretasikan)
Yaitu membelokkan makna asal pada makna lain disertai penjelasan makna yang dimaksud secara terperinci. Seperti kata اسْتَوَى, yang makna asalnya adalah duduk, dibelokkan maknanya menjadi makna lain, yaitu “menguasai”. Demikian pula pada يَدُ, yang makna asalnya adalah tangan, dibelokkan maknanya menjadi “kekuatan”. Metode ini (التأويل) dipegang oleh Ulama Kholaf (hidup 500 tahun setelah Nabi Muhammad SAW atau yang hidup setelah generasi pengikut tabi’in (تَاتِعُ تَابِعِ التَّابِعِيْنَ)
b. فَوِّضْهُ (التَّفْوِيْضُ; (menyerahkan maknanya kepada Alloh)
Yakni teks yang mengesankan persamaan Alloh dengan makhluq-Nya itu diserahkan pengertiannya secara total kepada Alloh dengan catatan setelah melakukan takwil secara ijmaliy (global), misalnya يَدُ اللهِ فَوْقَ أيْدِيْهِمْ. Kata ‘tangan’ pada ayat ini ditakwil dengan “tangan yang layak untuk Alloh”. Karena jika takwil tidak ditempuh, maka akan terjerumus pada التَّجْسِيْمُ (menetapkan fisik untuk Alloh; menyamakan-Nya dengan makhluq). Jelasnya, jika tafwidl tanpa takwil, kata يَدُ  akan diartikan: “tangan ya tangan bukan yang lain” (terkesan menyamakan tangan Alloh dengan tangan makhluq). Metode ini, tafwidl setelah ada takwil, dipegang oleh Ulama Salaf (hidup sebelum 500 tahun atau para sahabat, tabi’in dan pengikut tabi’in (تَابِعُ التَّابِعِيْنَ)
Kedua metode ini, dibolehkan oleh Ulama Ahlussunnah, mereka tidak mendeskreditkan salah satu pendapat tersebut karena memang keduanya sama-sama menyucikan Alloh dari sama dengan makhluq-Nya. Berbeda dengan pendapat Mujassimah yang mengatakan bahwa Alloh itu seperti laki-laki tua dan sebagian lagi ada yang menyebutkan bahwa Alloh itu seperti seorang pemuda yang tampan.


PEMAHAMAN ULAMA KHOLAF DAN ULAMA SALAF MENGENAI AYAT-AYAT YANG MENGESANKAN PERSAMAAN ALLOH DENGAN MAKHLUQ
Perbedaan Takwil dan Tafwidh
Dari penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan:
1. Ditinjau dari segi medan, metode yang digunakan oleh Kholaf lebih cerdas dan lebih kokoh, karena ada tambahaan penjelasan dan menyanggah pemikiran-pemikiran yang sesat sesuai dengan tuntutan zaman, yaitu munculnya syubhat-syubhat pemikiran yang seperti dalil padahal bukan seperti mu’tazilah, murjiah, mujassimah, musyabbihah dan sebagainya. 
Sedangkan dari segi makna, metode Ulama Salaf lebih terlepas dari menentukan makna yang terkadang bukan makna dimaksud oleh Alloh SWT.
2. Ulama Kholaf maupun Salaf sepakat mengenai takwil ijmaliy (membelokkan nash dari makna teksnya yang mustahil bagi Alloh). Namun setelah membelokkan makna tersebut, mereka berbeda dalam menentukan atau tidak menentukan makna yang dimaksud oleh nash (teks) tersebut; Ulama Kholaf menentukan makna yang dimaksud oleh teks sedangkan Ulama Salaf lebih memilih menyerahkan makna yang dimaksud ayat pada Alloh.

Lalu, mana sebaiknya yang harus kita pilih?, Takwil atau Tafwidl?
Jawabannya keduanya pun boleh dipegang. Asal dengan pemahaman dan konsep yang sama seperti yang telah dijelaskan tadi

Demikianlah pembahasan tentang takwil dan tafwidl, semoga menambah wawasan keimanan kita sehingga kita bisa selamat dari kekufuran dan menyekutukan Allah serta berlaku tidak sopan terhadap Allah SWT
Mohon maaf atas segala kekurangan. Terima kasih telah berkunjung

Wassalamu'alaikum wr. wb.
Previous
Next Post »