Pengertian Taufik Dari Allah Dan Lawan Taufiq
السلام عليكم ورحمة الله
إنَّ الْحَمْدَ لله عَلَى نِعْمَةِ الْمَعْرِفَةِ بِهِ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى خَيْرِ خَلْقِهِ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ
Pengertian Taufik Dari Allah,- Saya percaya pembaca sering mendengar kata taufiq dan hidayah, kan?
Hampir dalam setiap acara keagamaan, selalu kita dengar kata tersebut. Tapi, apakah anda sudah tahu pengertian taufiq itu sendiri?. Apa contoh taufik itu? bagaimana ciri orang yag mendapatkan taufiq?
Nah, pada postingan ini akan dibahas secara singkat pengertian taufiq dari Allah. Artikel ini sebenarnya masih berkaitan dengan: sifat jaiz bagi Allah.
Seperti biasa, jika mengungkap sebuah pengertian, minimal ada dua tinjauan yang bisa dijadikan sebagai sarana untuk memahami pengertian yang dimaksud. Yaitu tinjauan bahasa (etimologi) dan tinjauan secara istilah (terminologi). Berikut pengertian taufiq dari Allah menurut etimologi dan terminologi:
Menurut bahasa (etimologi), taufiq adalah:
التَّأْلِيْفُ بَيْنَ الأَشْيَاءِ
“menyelaraskan antara beberapa perkara”
Pengertian secara bahasa memang bersifat umum. Artinya ketika kita menyelaraskan baju dengan celana yang akan kita pakai, umpamanya, itupun bisa disebut 'taufiq' secara bahasa. Adapun menurut istilah (terminologi), taufiq adalah:
Pengertian secara bahasa memang bersifat umum. Artinya ketika kita menyelaraskan baju dengan celana yang akan kita pakai, umpamanya, itupun bisa disebut 'taufiq' secara bahasa. Adapun menurut istilah (terminologi), taufiq adalah:
خَلْقُ قُدْرَةِ الطَّاعَةِ فِيْ الْعَبْدِ
“menciptakan kemampuan untuk ta’at dalam diri hamba”Yakni memberikan kekuatan untuk melakukan keta’atan
Imam Al-Haromain menginterpretasikan قُدْرَةُ الطَّاعَةِ dengan: mulusnya fasilitas (الأسْبَابُ) dan alat (الآلات) untuk berbuat kebaikan. Yakni, Alloh menciptakan kekuatan pada hamba untuk ta’at itu artinya Alloh memberikan fasilitas dan alat pada seseorang untuk melakukan keta’atan. Berdasarkan interpretasi dari قُدْرَةُ الطَّاعَةِ ini, maka definisi التَّوْفِيْقُ menjadi:
خَلْقُ قُدْرَةِ الطَّاعَةِ فِيْ الْعَبْدِ وَتَسْهِيْلُ سَبِيْلِ الْخَيْرِ إِلَيْهِ أَوِالدَّاعِيَةِ إلَيْهَا
“menciptakan kemampuan untuk ta’at dalam diri hamba, mempermudah jalan menuju ketaatan ataudorongan untuk melakukan ketaatan”
Dengan tujuan mengecualikan orang kafir dari kategori mendapatkan taufiq, yang mana orang kafir pun diberi قُدْرَةُ الطَّاعَةِ dengan definisi Imam Al-Haromain, yaitu berupa fasilitas seperti anggota badan dan air untuk berwudlu dan ibadah yang lain atau semacamnya, tapi dia tidak diberi kemudahan jalan untuk melakukan ketaatan.
Imam Al-Haramain adalah salah seorang ulama fikih, ahli ushul fikih, ilmuwan, agamawan, pemuka masyarakat, dan teolog muslim yang seringkali membahas persoalan-persoalan teologis secara mendalam, seperti persoalan fungsi akal dan wahyu, surga dan neraka, perbuatan manusia, dan lain-lain. Beliau dikenal sebagai pengikut aliran Sunni, dan uniknya, dalam komentar-komentarnya justru mengacu juga pada pemikiran-pemikiran Mu'tazilah. Source: wikipedia.org
Sedangkan Al-‘Asy’ariy menginterpretasikan قُدْرَةُ الطَّاعَةِ dengan: sifat (karakter) yang mengiringi ketaatan. Maka, berdasarkan interpretasi ini, definisi التَّوْفِيْقُadalah خَلْقُ قُدْرَةِ الطَّاعَةِ فِيْ الْعَبْدِ seperti yang telah disebutkan. Karena dengan pengertian ini, orang kafir sudah tidak termasuk pada kategori mendapatkan التَّوْفِيْقُ.
Pendapat ini disanggah dengan pernyataan bahwa setiap orang ditaklif (dibebani kewajiban) untuk taat, sedangkan Alloh tidak menciptakan kekuatan untuk ta’at pada orang kafir, itu artinya Alloh membebani orang yang tidak mampu, sedangkan taklif pada orang yang tidak mampu itu tidaklah bijak.
Namun, sanggahan ini dijawab lagi dengan: "secara teori, orang kafir pun mampu karena mulusnya asbab dan alat, tapi secara fa’liy (pengamalan) orang kafir tidak mampu"
Al-Asy'ari, namanya Abul al-Hasan Ali bin Ismail al-Asy'ari keturunan dari Abu Musa al-Asy'ari, salah seorang perantara dalam sengketa antara ,Ali bin Abi Thalib dan Mu'awiyah. Al-Asy'ari lahir tahun 260 H/873 M dan wafat pada tahun 324 H/935 M [1] Al-Asy'ari lahir di Basrah, namun sebagian besar hidupnya di Baghdad. Pada waktu kecilnya ia berguru pada seorang Mu'tazilah terkenal, yaitu Al-Jubbai, mempelajari ajaran-ajaran Muktazilah dan mendalaminya. Aliran ini diikutinya terus ampai berusia 40 tahun, dan tidak sedikit dari hidupnya digunakan untuk mengarang buku-buku berisi kritik terhadap faham muktazilah
Mengenai hal ini, ada dua pendapat:
- Mukmin yang durhaka itu termasuk yang diberi taufiq
- Mukmin yang durhaka itu tidak diberi taufiq. Karena orang yang diberi taufiq tidak mungkin durhaka karena tidak diberi kekuatan untuk durhaka sebagaimana orang yang dibuat kandas (الْخِذْلاَنُ) oleh Alloh tidak diberi kekuatan untuk melakukan ketaatan.
Jadi, lawan taufiq itu adalah khidlan. Taufiq artinya pemberian fasilitas dari Allah untuk berbuat keta'atan, sedangkan khidlan adalah pemberian fasilitas dari Allah untuk menekuni kemaksiatan. Tapi secara etika, tidak pantas seorang mukmin mengatakan: "saya maksiat karena Allah mentaqdirkannya"
Kedua pendapat ini sebenarnya bisa dikompromikan;
Memang orang yang diberi taufiq tidak akan durhaka ditinjau dari segi dia diberi taufiq dalam satu hal, tetapi mungkin pula dia durhaka (diberi خِذْلاَن) dalam hal lain. Seperti: diberi kekuatan untuk beriman (التَّوْفِيْقُ), tapi tidak diberi kekuatan untuk ta’at (الخِذْلاَنُ).
Adapun contoh dan ciri orang yang mendapat taufiq dari Allah, kita bisa melakukan survey secara individu terhadap beberapa orang, atau bahkan pada diri kita sendiri. Asalkan kita faham betul pengertian taufik dan khidlan dari Allah.
Kita perhatikan saja keseharian kita, bagaimana respon kita terhadap kewajiban-kewajiban dan larangan Allah, apakah kita lebih respon terhadap kewajiban/keta'atan ataukah pada kemaksiatan?. Dengan cara ini, kita dapat mengetahui dan mengukur diri kita sendiri. Juga, dengan menyadari adanya taufiq, kita tidak akan sombong dengan amal kebajikan, karena semuanya hanyalah anugerah Allah pada kita
Demikianlah pembahasan singkat tentang pengertian taufiq dari Allah, Semoga kita semua senantiasa diberi taufiq oleh Allah dan membimbing kita menuju sorga-Nya yang penuh dengan jamuan dan istana-istana megah serta berjumpa dengan-Nya
Baca juga: bagaimana jika seorang wali melakukan maksiat?
Mohon maaf atas kekurangan. Terima kasih
والسلام عليكم ورحمة الله
Sign up here with your email
ConversionConversion EmoticonEmoticon