MAKNA SIFAT WUJUD
Assalamu’alaikum
wr
Segala Puji milik
Allah yang telah eksis sebelum segala sesuatunya eksis, bahkan Dialah yang
memberi eksistensi pada semua yang eksis selainNya. Dia pula yang memberi
eksistensi pada Muhammad sang Nabi. Semoga sholawat dan salam atas Baginda
Apa Makna Sifat
Wujud bagi Allah itu?, Jika Allah wujud, kita pun wujud, lalu apa
perbedaannya?, juga, apa argumen (dalil) yang menunjukkan bahwa Allah itu
wujud?, baik argumen menurut akal (aqliy) maupun menurut nash al-Qur’an dan
sunnah (naqliy)
Semoga artikel ini
menjawab semua pertanyaan tersebut dan memberi tambahan ilmu buat kita semua.
Imam Ibrohim bin
Muhammad al-Baijury menguraikan sifat wujud dalam kitab Jauharotu at-Tauhid
dengan penggalan bait nadhomnya:
فَوَاجِبٌ لَهُ الْوُجُوْدُ وَالْقِدَمُ
“Allah Wajib bersifat wujud dan qidam”
Ungkapan ‘wajib’ dalam kajian teology artinya adalah wajib menurut
pemahaman akal, bukan ‘wajib’ seperti pada pembahasan fiqih. Maksud bait
tersebut adalah: Secara akal, Allah mesti bersifat wujud.
Perlu diketahui terlebih dahulu, arti ‘wujud’ dalam Bahasa Indonesia
adalah ‘keberadaan/eksistensi’. Jika demikian, maka kata wubisjud itu a juga
digunakan oleh segala yang ‘ada’ di alam dunia ini, baik manusia, binatang,
pohon, dan makhluk lainnya. Lalu, jika demikian, perbedaan sifat wujud yang ada
pada Allah dan yang ada pada makhluq secara umum apa? Bukankah kita juga
wujud/eksis?
Nah, untuk menjawab pertanyaan itu, saya mencoba menjelaskan apa yang
ditulis oleh imam Ibrohim al-Baijuri, tentunya sesuai pemahaman saya yang
terbatas. Beliau
menuliskan:
الوجود اي الذَاتِي بِمَعْنَى أّنَّ وُجُوْدَهُ لِذَاتِهِ لَا لِعِلَّةٍ. أي
أَنَّ الْغَيْرَ لَيْسَ مُؤَثِّرًا فِي وُجُوْدِهِ تَعَالَى وَلَيْسَ
“Wujud, yakni secara dzat, dengan pengertian bahwa eksistensi Allah itu
karena DzatNya itu sendiri bukan karena suatu sebab/alasan, tegasnya bahwa
selainNya tidak memberikan pengaruh pada eksistensiNya”
Dari redaksi tersebut, jelaslah bahwa eksistensi Tuhan; Allah, berbeda
dengan eksistensi / wujud kita dan makhluq secara umum. Karena eksitensi
makhluq itu ada penyebabnya sedangkan tidak ada satu pun faktor penyebab bagi
EksistensiNya. Dengan kata lain, Dia itu Eksis sedangkan kita hanya diberi
eksistensi olehNya.
Bahkan, menurut sebagian orang, eksistensi (sejatinya) itu hanya ada
pada Allah, tidak pada makhluqnya. Sehingga keluarlah kata dari mulutnya:
مَا فِي الْجُبَّةِ إلَّا اللهُ
“Yang ada dalam jubah ini hanyalah Allah”
Atau seperti perkataan al-Hallaj:
أَنَا اللهُ
“Akulah Allah”
Itulah yang disebut dengan istilah وِحْدَةُ الْوُجُوْدِ (kebersatuan eksistensi). Secara individu, yang mengeluarkan kata-kata
seperti itu mungkin tidak membahayakan bagi dirinya sendiri. Hal itu bisa
disebabkan karena ia sedang menempati suatu tingkatan tertentu dalam tingkatan
iman. Namun bagi khalayak ramai, hal itu bisa membahayakan keimanan. Oleh
Karena itu, Syaikh al-Junaid memfatwakan untuk membunuh al-Hallaj kala itu.
Demikian yang terdapat dalam kitab Syarhu al-Kubraa.
Lalu, apa dalil ‘aqliy dan dalil naqli sifat wujud bagi Allah?
Alam (segala sesuatu selain Allah) bersifat hadits (baru), setiap yang
baru pasti membutuhkan yang mengadakan. Setiap yang dibutuhkan oleh alam, ia
wajib ada, maka secara akal, Allah wajib eksis bukan ‘jaizul wujud’ (boleh eksis).
Karena jika Allah jaizul wujud (seperti makhluq), pasti membutuhkan yang
mengadakan Allah, sebagaimana alam yang sifatnya ‘diadakan’ membutuhkan yang ‘mengadakan’,
yang ‘mengadakan Allah’ membutuhkan pula pada yang ‘mengadakan’, begitu
seterusya. Jika demikian maka akan terjadi tasalsul (berantai) dan
saling menyamai satu sama lain (mumaatsalah).
Intinya: Argumen/dalil yang menunjukkan sifat wujud/eksistensi bagi Allah
adalah keberadaan kita, keberadaan hewan, keberadaan pepohonan, dan keberadaan
makhluq lainnya. Karena, keberadaan makhluq (yang diciptakan) disebabkan
keberadaan kholiq (sang pencipta). Seperti “keberadaan meja” itu menunjukkan
bahwa “ada yang membuat meja”. Demikian juga keberadaan langit, bumi dan
seluruh isinya itu menunjukkan ‘eksistensi pencipta/pembuatnya’ yang bersifat wajibul
wujud bukan jaizul wujud seperti pembuat meja. Sang pencipta yang wajibul
wujud itu adalah Allah SWT sebagaimana kita diberi tahu olehNya lewat
Muhammad Sang Nabi, diantaranya ayat:
إنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ
وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الأَلْبَابِ (آلِ عمران: 190)
“Sesungguhnya pada penciptaan langit, bumi, pergantian siang dan
malam benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang memiliki akal
(kecerdasan)”
Atau ayat:
أَفَلَا يَنْظُرُونَ إِلَى الْإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ () وَإِلَى السَّمَاءِ كَيْفَ رُفِعَتْ () وَإِلَى الْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْ () وَإِلَى الْأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ... الغاشية: 17-20
“Tidakkah mereka memperhatikan bagaimana unta diciptakan, langit
ditinggikan, gunung ditegakkan dan bagaimana bumi dibentangkan?”
dan ayat-ayat lain yang berisi perintah memperhatikan alam semesta ini yang
penuh dengan tanda-tanda keberadaan sang pencipta. Karena, mustahil alam
semesta yang sangat teratur ini terjadi dengan sendirinya seperti yang ada pada
teori evolusi.
Bagi kita, yang mengaku beriman, cukuplah mengetahui bahwa Allah itu
wujud, wujudnya tidak didahului oleh ketiadaan, dengan melihat ciptaanya. Tidak perlu untuk memperdalam tentang wujud
Allah yang sebenarnya secara detail. Imam Muhammad As-Shogir mengatakan:
وَيَكْفِي لِلْمُكَلَّفِ أَنْ يَعْرِفَ أَنَّ اللهَ مَوْجُوْدٌ وَلاَ
يَجِبُ عَلَيىْهِ مَعْرِفَةُ وُجُوْدِهِ تَعَالَى عَيْنُ دَاتِهِ أَوْ غَيْرُ
دَاتِهِ
“Cukuplah bagi seorang mukallap mengetahui bahwa Allah itu Ada
(eksis). Tak ada kewajiban baginya mengetahui secara detail tentang apakah
sifat wujud itu dzatnya atau selain dzatnya (maksudnya, mengetahui secara
terperinci mengenai sifat wujud/eksistensi ini)”
Tambahan: 1. Wujud ini adalah termasuk sifat nafsiyyah yang artinya sifat tersebut ada sebagaimana dzat-Nya. Dengan kata lain, sifat nafsiyah adalah sifat yang tak bisa dipisahkan dengan dzat.
2. Sifat Allah itu ada sifat yang termasuk sifat salbiyyah (menghilangkan sifat-sifat yang tidak layak bagi Allah) seperti yang akan dibahas pada artikel mengenai sifat qidam.
Demikian pembahasan tentang sifat wujud yang
wajib ada, secara akal, pada dzat Allah SWT. Jika ada hal lain yang perlu
ditanyakan berkaitan dengan sifat wujud, Anda boleh berkomentar dan mungkin
jadi bahan untuk didiskusikan dengan teman-teman pembaca yang lain yang lebih
faham mengenai hal ini.
Terima kasih dan mohon maaf
Wassalamu’alaikum wr.
Sign up here with your email
ConversionConversion EmoticonEmoticon